Selasa, 09 Maret 2010

Memperbaiki diri kita adalah memperbaiki dunia

Orang yang bijaksana adalah orang yang tidak akan mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya. Jika kita menginginkan harta benda orang lain, hal ini sama dengan kita mengambil alih karma perintangnya. Jangan suka saling memuji, karena hal ini akan saling meracuni diri dan menurunkan tingkat seseorang. Karena anda merasa diri sendiri hebat, anda tidak merasa takut. Ini adalah nuansa lembut dari kesombongan.

Seorang petapa, seorang Guru Sejati, seorang Pencerah Hidup, Beliau yang datang ke dunia ini walaupun tampaknya hanya makan, minum dan main-main; namun mereka melakukan semuanya itu demi kebaikan orang lain. Kadang kala rileks itu dibutuhkan dalam latihan agar dapat maju lebih cepat. Wajar saja, jangan terlalu mengharapkan bahwa segalanya akan berhasil dengan sempurna seperti yang diinginkan, namun itu tidak berarti bahwa kita boleh bermalas-malasan. Kita selalu berlebih-lebihan dalam pekerjaan. Kita tidak tahu kapan untuk berhenti. Inilah masalah yang sebenarnya. Carilah ke dalam diri sendiri, Jangan berbicara dan mendengarkan terlalu banyak, Karena itu semua adalah percakapan yang bisa menyelewengkan arah tujuan kita. Kadang kala kita dilahirkan dalam keadaan sengsara, ini karena Tuhan menghendaki kita belajar bersemangat pantang mundur dan berlatih keberanian.

Kita bekerja harus ” TANPO PAMRIH “. Itu berlaku untuk segala pekerjaan. Pengabdian tanpa pamrih adalah yang terbaik. Yang Maha Kuasa menempatkan kita di mana saja, dan kita harus puas atas penempatanNya, karena hal itu pasti yang terbaik. Keberhasilan atau kegagalan duniawi bukanlah tujuan yang penting. Kadang kala kegagalan adalah kesuksesan, sebaliknya kesuksesan bisa jadi adalah KEGAGALAN…!!.

Kita harus menilainya dengan mata kebijaksanaan. Kita harus selalu mawas diri. Ketika kita mengerjakan sesuatu, kita harus berpendirian, sesuai dengan logika dan hati nurani. Walaupun kekuatan spiritual kita tidak tampak, namun praktisi rohani dapat melihat dan merasakan dengan mata kebijaksanaan mereka. Maka kita tidak dapat mengelabui semua orang. Tidak semua orang yang mencapai pencerahan harus bersembunyi di gua-gua dan melepaskan segalanya yang indah dalam kehidupan ini. Keberadaan segala sesuatu di dunia ini pasti ada kegunaannya. Andaikata seseorang telah mencapai Pencerahan tetapi tidak dimanfaatkan, bukankah itu menyia-nyiakan ciptaan Tuhan…??. Kita harus tetap tinggal di dunia ini, tetapi kita harus melampaui keduniawian. Bukannya kita melarikan diri dari kehidupan materi, tetapi kita harus melampaui di atasnya. Pasrah kepada Tuhan bukan berarti kita duduk dan menunggu roti jatuh dari langit. Tetapi kita harus bekerja sesuai dengan IRAMA dan GERAK alam semesta.

Jika kita telah mengetahui keadaan dunia sejati yang indah dan kekal, kita tentu tidak akan terganggu oleh segala macam bencana dan penderitaan, kita tidak akan mempedulikan apakah sandiwara sementara ini akan diteruskan atau tidak. Hal ini karena kita telah mengetahui bahwa gambaran yang ganjil ini adalah proyeksi dari dunia sejati yang indah. Maka apapun tampakannya, tidak lagi menarik perhatian kita. Kita harus mengungkapkan perasaan hati kita agar orang lain dapat mengetahui bahwa ia telah melukai hati kita. Kemudian segera menyelesaikannya. Janganlah kita menyimpannya. Hawa kemarahan yang tertimbun di dalam hati kita dapat melekat dari satu kelahiran ke kelahiran yang lain. Pada suatu saat jika hawa itu sangat besar, kitaa bisa terlahir dengan sifat kebinatangan yang sangat buas, tamak dan rakus. Hal itu disebabkan oleh sentimen amarah kitaa yang tidak segera terhapuskan. Jika kita mempunyai jiwa terbuka, kita akan merasakan bahwa segalanya akan nampak CANTIK dan INDAH.

Jika kita berkomunikasi dengan kekuatan tertinggi, berhubungan dengan ” CINTA KASIH ” abadi, dan kekuatan Ilahi, maka kita akan terbebas dari hukum dunia materi ini, yakni Hukum Sebab dan Akibat. Jika perbuatan kita tidak sesuai dengan rencana asli alam semesta, kita akan frustasi dan tidak bahagia. Itulah sebabnya orang awam selalu berkeluh-kesah. Guru sejati-Guru DIRI seringkali memberitahukan tentang rencana asli, tetapi kita tidak pernah mendengarkannya, bahkan tak pernah MENGGUBRISNYA. Walaupun kita mengerjakan apa yang kita anggap benar, pada akhirnya kita harus membuat sesuatu perubahan dan kembali pada jalan yang sesuai dengan rancana asli.

Jika kita selalu mengingat kebaikan kita kepada orang, hal ini berarti sama dengan transaksi dagang, bukan beramal tanpa pamrih. Lebih baik kita memikirkan apakah tindakan kita akan merugikan orang, apakah kita akan melukai orang; daripada kita mempertimbangkan kebaikan atau keburukan orang lain. Kita harus digembleng dalam penderitaan, ketidak-adilan, dan kesengsaraan. Jika kita dapat melampaui dan menerobosnya, barulah kita akan mencapai ” KEBEBASAN SEJATI “.

Rahayu

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls